Minimalisme Modern: Gaya yang Makin Populer di Indonesia. – Dalam artikel ini Mindi akan mengajak Sobat Tekstil untuk membahas konsep mode fashion minimalis, dengan mengutamakan kesederhanaan, keanggunan, dan fungsi.
Tren mode dan konsep mode terus berubah dari abstrak ke kehidupan nyata yang bergulir dalam suatu periode di benak individu dan kelompok sosial. Mode hari ini adalah penolakan dan penerimaan masa depan yang berubah menjadi ketidakpuasan karena perubahan emosional yang besar dalam konteks situasi sosial-ekonomi. Siklus mode dan aliran waktunya menuju keberlanjutan telah menerima pemikiran presidensial baru yaitu ‘Minimalisme’. Selama mode pertama, kini konsep minimalis semakin populer di kalangan kelompok usia dan berbagai platform sosial.
Apa itu mode minimalis?
Konsep minimalis berarti kesederhanaan, fungsionalitas, dan keanggunan yang ditekankan pada gaya yang bercirikan warna-warna netral, garis-garis bersih, dan hiasan minimal serta siluet abadi.
Konsep ini juga menyingkirkan hal-hal yang tidak perlu, hanya menyisakan hal-hal yang dapat memberikan nilai dan kegembiraan yang sesungguhnya. Mode minimalis juga berarti memiliki sedikit pakaian dalam koleksi seseorang yang terasa pas dan menyenangkan.
Potongan minimalis merupakan ‘kemewahan yang tenang’ yang dapat dikategorikan sebagai mantel atau mantel panjang, gaun sehari-hari, pakaian rajut longgar, celana panjang yang disesuaikan, celana jins berpinggang tinggi, blazer yang disesuaikan, dan pakaian dasar yang ditinggikan untuk dilapisi seperti rajutan, kaus, dan tank top.
Semboyan ‘Less is more’ beberapa potong pakaian berkualitas tinggi yang dapat dikenakan dalam berbagai kombinasi dan dengan selera mode sendiri merupakan pandangan minimalis utama dengan mengenakan kaus putih, gaun hitam, dan celana jins yang pas agar tetap sederhana.
Minimalisme juga merupakan antitesis dari narasi konsumerisme modern dan ada alasannya.
Konsep minimalis menolak kekacauan mode cepat
Badai mode cepat sangat merusak karena polusi airnya melalui penggunaan pewarna murah dan beracun, limbah tekstil yang dibuang ke alam, penggunaan bahan berbasis bahan bakar fosil seperti poliester dan kapas yang tidak perlu. Dari kekacauan ini, minimalis adalah ide baru untuk meredam mode cepat dan gerakannya yang kacau di kalangan generasi baru.
Perkembangan minimalis
Perjalanan konsep minimalis dimulai pada tahun 1960-an dan 1970-an dengan gerakan seniman dan penulis konseptual seperti Carl Andre, Dan Flavin, Donald Judd, Sol LeWitt, Agnes Martin, dan Robert Morris.
Secara luas diterima bahwa akar gerakan Minimalisme ada di tahun 1960-an dan 1970-an ketika para seniman mulai menyukai bentuk dan garis geometris yang sederhana, makna literal dan objektif, bergeser dari Ekspresionisme Abstrak dan lapisan-lapisan berlebihnya.
Pada tahun 80-an, berkat pengaruh desainer Jepang Yohi Yamamoto dan Rei Kawakubo, mode minimalis menyebar secara global.
Pada era 90-an, estetika yang tak lekang oleh waktu dan sederhana ini terinspirasi dari kemurnian garis-garis geometris dan keseimbangan—tema konsep kecantikan Jepang. Gaya hidup minimalis yang sedang tren ini menginspirasi orang-orang di seluruh Amerika Serikat untuk tinggal di rumah-rumah mungil, mengurangi lemari pakaian mereka, dan menyumbangkan harta benda mereka.
Minimalisme dan konsep berkelanjutan
Konsep minimalis juga mendorong rasa keberlanjutan dengan menggunakan kain ramah lingkungan seperti katun organik, rami, dan bahan daur ulang dalam mode dan penggunaan pakaian sehari-hari. Dampak terhadap lingkungan akibat pakaian yang tidak perlu, tingkat penipisan sumber daya, dan polusi dapat dikurangi dengan memilih bahan yang menyelamatkan lingkungan.
Konsep minimalis dan keberlanjutan saling terkait satu sama lain sehingga kesadaran konsumen tentang dampak lingkungan dari industri mode pun meningkat. Itulah sebabnya permintaan akan pakaian minimalis terus meningkat dari hari ke hari.
Mode ini menekankan pada umur panjang yang tidak hanya menjamin gaya yang mudah tetapi juga menghemat uang karena orang yang memikirkan keberlanjutan tidak akan sering membeli pakaian baru.
Merek pakaian juga mengadopsi praktik minimalis dan berkelanjutan. Perubahan preferensi konsumen kemungkinan mendorong lebih banyak lagi untuk menciptakan pakaian yang tahan lama dan ramah lingkungan.
Terima kasih Sobat Tekstil sudah membaca artikel dari MinDI. Semoga bermanfaat dan memberikan inspirasi untuk kalian.
Dan untuk kamu yang lagi mencari berbagai kain rayon dengan motif yang banyak, bisa mengunjungi Dini Textile atau bisa langsung kunjungi showroom kami di Cipadu (Jl. KH. Wahid Hasyim No. 94, RT/RW. 004/004, Cipadu Jaya, Kec. Larangan, kota Tangerang Selatan)
Pastikan kalian juga mengunjungi showroom kami yang berada di Bandung (Jl. Sadang No. 87 (sebelah alexandra motor), Margahayu Tengah, Kec. Margahayu, Kota Bandung) atau bisa cek instagram kami di @dini.textile.
Terima kasih Sobat Tekstil sudah membaca artikel dari MinDI. Semoga bermanfaat dan memberikan inspirasi untuk kalian.