Sejarah Indutri Tekstil
Sejarah Indutri Tekstil. – Dalam artikel ini MinDi akan mengajak Sobat Tekstil untuk menelusuri jejak industri tekstil, bagaimana sejarah dan proses tekstil produksi yang ada di Indonesia.
Tekstil, material yang membalut keseharian kita, menyimpan perjalanan panjang dari serat halus hingga menjadi kain siap pakai. Proses pembuatannya melibatkan berbagai tahapan, mulai dari pemilihan serat, pengolahan, hingga penyelesaian akhir. Mari kita selami lebih dalam jejak benang dalam proses pembuatan bahan tekstil.
Sejarah Tekstil
Sejarah pakaian bermula sejak kehadiran manusia di Bumi yang tampak dan merasa berbeda dengan hewan yang biasanya punya bulu. Lantas, manusia menutupi tubuhnya dengan pakaian.
Pakaian yang dipakai manusia di beberapa wilayah bahkan terbuat dari kulit hewan berbulu. Pasalnya, pakaian tersebut bisa menghangatkan badan kita di udara yang dingin. Sementara itu, pakaian manusia di wilayah yang panas terbuat dari kulit kayu dan rerumputan atau tumbuhan merambat.
Bahan-bahan tersebut juga dipakai untuk berbagai barang keperluan harian seperti gendongan barang, tikar, sampai penutup kepala.
Seiring waktu, kita mengenal beberapa jenis serat yang bisa dijadikan benang dengan diolah menjadi tekstil seperti sekarang. Tak diketahui pasti kapan manusia mulai membuat tekstil, tapi diduga mulai dari daratan Asia.
Sementara permulaan benang tak diketahui, bukti sejarah menunjukkan pertenunan dikenal sejak 4.000 tahun SM di Mesir, sedangkan seorang Madonna digambarkan tengah merajut dalam sebuah mural di Eropa pada abad ke-2 Masehi.
Proses Produksi Tekstil
- Memilih Serat Terbaik
Langkah awal adalah memilih serat yang sesuai dengan kebutuhan. Serat dapat dikategorikan menjadi dua jenis utama.
- Serat Alami:Berasal dari alam, seperti kapas, sutra, wol, dan linen. Masing-masing memiliki karakteristik unik,seperti kelembutan, daya serap, dan ketahanan.
- Serat Sintetis:Dibuat manusia dari bahan kimia, seperti poliester, nilon, dan akrilik. Serat ini umumnya lebih kuat,tahan lama, dan mudah dirawat.
- Mengubah Serat Menjadi Benang
Proses selanjutnya adalah mengubah serat menjadi benang. Tahapan ini berbeda-beda tergantung jenis seratnya.
Serat Alami
Domba, kambing, kelinci, ulat sutera, dan hewan-hewan lainnya, serta mineral seperti asbes, merupakan sumber serat alami (kapas, rami, sisal). Serat-serat nabati ini dapat berasal dari biji (kapas), batang (serat kulit pohon: rami, rami, rami), atau daun (sisal). Semua sumber ini memerlukan sejumlah langkah, yang masing-masing memiliki nama yang berbeda, sebelum serat yang bersih dan rata dihasilkan. Semua serat ini, kecuali sutra, berukuran pendek, panjangnya hanya beberapa sentimeter, dan memiliki permukaan kasar yang memungkinkannya untuk melekat pada serat-serat lain yang sejenis.
- Pemintalan:Serat dipisahkan, dibersihkan, dan dihaluskan. Kemudian, serat direntangkan dan diputar menjadi benang.
- Pemisahan Biji:Benih kapas dipisahkan dari serat menggunakan mesin ginning.
Serat Sintetis
Serat buatan dapat dibuat dengan mengekstrusi polimer, melalui pemintal (polimer) ke dalam media yang mengeras. Pemintalan basah (rayon) menggunakan media penggumpal. Pada pemintalan kering (asetat dan triasetat), polimer terkandung dalam pelarut yang menguap di ruang keluar yang dipanaskan. Pada pemintalan leleh (nilon dan poliester), polimer yang diekstrusi didinginkan di dalam gas atau udara dan kemudian mengeras. Beberapa contoh serat sintetis adalah poliester, rayon, serat akrilik, dan serat mikro. Semua serat ini akan sangat panjang, seringkali berkilo-kilometer panjangnya. Serat sintetis lebih tahan lama daripada kebanyakan serat alami dan akan dengan mudah menyerap pewarna yang berbeda.
- Pelelehan:Granul plastik dilelehkan dan diubah menjadi cairan kental.
- Pembentukan Benang:Cairan kental diinjeksikan melalui lubang kecil untuk membentuk benang tipis
- Mewarnai Benang dengan Semarak
Benang putih polos dapat diubah menjadi penuh warna dengan proses pencelupan atau pencetakan. Teknik yang digunakan tergantung pada jenis serat dan efek yang diinginkan.
- Pencelupan:Benang dicelupkan ke dalam larutan pewarna untuk menyerap warna secara merata.
- Pencetakan:Pola dan desain dicetak pada kain menggunakan berbagai metode, seperti sablon, sublimasi, atau digital printng.
- Menenun atau Merajut Benang Menjadi Kain.
Benang yang telah diwarnai kemudian diolah menjadi kain melalui berbagai Teknik.
- Meninun:Benang lungsin dan benang pakan saling ditenun dengan pola tertentu untuk menghasilkan kain.
- Merajut:Benang dirajut dengan jarum rajut atau mesin rajut untuk menghasilkan kain bertekstur.
- Felting:Serat wol atau poliester dipadatkan dan dipanaskan untuk menghasilkan kain tanpa tenun.
- Menyempurnakan Kain dengan Finishing.
Sebelum kain siap dipakai, perlu melalui proses penyelesaian akhir untuk meningkatkan kualitas dan penampilannya:
- Pencucian:Kain dicuci untuk menghilangkan kotoran dan sisa proses sebelumnya.
- Pemucatan:Kain diputihkan untuk mencapai tingkat kecerahan yang diinginkan.
- Penyetrikaan:Kain disetrika untuk merapikan dan menghilangkan kerutan.
- Pelapisan:Lapisan khusus ditambahkan pada kain untuk memberikan sifat tahan air, tahan api, atau anti bakteri.
- Kain Siap Menjadi Berbagai Kreasi
Kain yang telah melalui proses finishing siap diolah menjadi berbagai produk tekstil, seperti pakaian, tas, sepatu, sprei,dan dekorasi rumah. Kreativitas dan desain menjadi kunci dalam menghasilkan produk tekstil yang unik dan menarik.
Proses pembuatan bahan tekstil adalah sebuah perjalanan panjang yang melibatkan berbagai tahapan dan keahlian. Dari serat halus hingga menjadi kain siap pakai, setiap langkah memiliki peran penting dalam menghasilkan material yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.